Matahari baru saja terbit di langit Jakarta Timur, namun suasana di sekitar rel kereta Pisangan sudah penuh dengan hiruk pikuk manusia. Pedagang kaki lima sibuk menata dagangannya, sementara orang-orang bergegas mengejar kereta yang melintasi stasiun Jatinegara. Reno, yang tinggal di dekat Prumpung, sedang menuntun motornya di pinggir rel. Rutinitas ini sudah menjadi bagian dari hidupnya sejak pindah ke sini, di mana rel kereta adalah bagian tak terpisahkan dari jalan hidup warganya.
Namun pagi ini berbeda. Ada sesuatu yang mengusik ketenangan rutinitasnya. Di depan, dekat perlintasan kereta, Reno melihat seseorang berdiri kaku di pinggir rel. Pakaian wanita itu lusuh, dengan rambut yang terurai menutupi wajahnya. Ia berdiri diam, tidak bergerak, menatap ke arah kereta yang berlalu.
Sejenak Reno mengira wanita itu mungkin menunggu seseorang, atau sedang menunggu kereta selanjutnya. Tapi ada sesuatu yang tidak biasa. Orang-orang di sekitar wanita itu tidak bereaksi. Seolah tidak ada yang menyadari keberadaannya. Reno melirik ke sekeliling. Semua orang berjalan biasa saja, seakan wanita itu hanyalah bayangan.
Reno menghentikan langkahnya. Ia memandang wanita itu sekali lagi, mencoba memastikan. Angin pagi yang dingin tiba-tiba menyelinap di antara jaketnya, membuat tubuhnya merinding. Ada yang tidak beres. Tanpa sadar, Reno memutar arah motornya, berusaha menjauh dari rel.
Namun, langkahnya terhenti ketika suara klakson kereta terdengar nyaring. Saat ia menoleh kembali ke arah wanita itu, sosoknya menghilang. Hanya ada rel kereta yang kosong, dipenuhi jejak sepatu orang-orang yang melintas.
Pagi itu Reno terus mencoba melupakan apa yang baru saja dilihatnya. Ia memaksakan diri menjalani rutinitas seperti biasa, melintasi jalan menuju tempat kerjanya. Namun perasaan ganjil itu tak juga hilang. Ada sesuatu tentang wanita di rel itu yang terus menghantuinya.
**
Malam hari, Reno kembali pulang. Ia memilih rute yang sama, melintasi rel kereta di Pisangan, walau perasaan cemas masih menyelimuti hatinya. Sepanjang hari, bayangan wanita itu terus muncul dalam pikirannya, tapi ia berusaha menepisnya dengan logika. Mungkin itu hanya imajinasi, pikirnya. Mungkin wanita itu hanya orang biasa yang kebetulan tidak ia kenal.
Namun, saat ia hampir sampai di perlintasan, langkahnya melambat. Lagi-lagi, di antara deru suara kereta yang berlalu, Reno mendengar sesuatu. Bukan suara manusia, melainkan langkah pelan, seolah ada seseorang yang mengikutinya. Ia berhenti dan menoleh ke belakang, tapi jalanan kosong.
Reno meneguk ludah. Ia mempercepat langkahnya, tapi suara langkah itu semakin mendekat. Setiap kali ia berjalan lebih cepat, suara itu ikut mempercepat langkahnya. Suara itu menjadi semakin jelas, seolah-olah ada yang berjalan tepat di belakangnya.
“Kriiit… kriiit…”
Reno berhenti mendadak. Jantungnya berdebar kencang. Ia berbalik dan memandang sekeliling, tapi tidak ada apa-apa di sana. Hanya rel kereta yang sunyi dan dingin, serta lampu jalan yang berkedip lemah di kejauhan.
“Kamu siapa?” seru Reno, mencoba menantang ketakutan yang tiba-tiba menghantamnya. Suaranya terdengar hampa di tengah sepi malam. Tidak ada jawaban. Hanya suara angin yang berhembus pelan, membawa bau anyir dari arah sungai kecil di dekat rel.
Reno menelan ludah dan mulai melangkah lagi, kali ini lebih cepat. Namun, langkah-langkah itu terus mengikuti. Setiap derap kakinya diiringi oleh bunyi langkah tak terlihat. Sampai akhirnya, ia sampai di perlintasan kereta dan berhenti. Ia terdiam, jantungnya berdebar kencang.
Di depannya, wanita itu berdiri lagi. Kali ini lebih dekat, tepat di ujung rel. Rambutnya yang hitam panjang menutupi sebagian besar wajahnya, dan pakaian lusuhnya terlihat lebih jelas di bawah lampu jalan yang temaram.
“Kenapa kamu di sini?” tanya Reno, suaranya bergetar. Tidak ada jawaban. Wanita itu hanya berdiri di sana, tanpa bergerak. Mata Reno menatap tajam ke arah wanita itu, mencoba memahami apa yang sebenarnya terjadi. Tapi semakin lama ia menatap, semakin ia merasakan ada yang janggal. Seolah-olah sosok wanita itu tidak sepenuhnya nyata, melainkan hanya bayangan yang berbaur dengan malam.
“Bang…”
Suara itu muncul dari arah wanita itu, meski bibirnya tidak bergerak. Reno merinding. Ia mundur beberapa langkah, namun wanita itu tiba-tiba melangkah maju.
“Kenapa kamu lari, Bang?” tanyanya lagi. Suaranya pelan, tapi penuh dengan kesedihan. Reno tersentak. Kakinya gemetar, tapi ia tidak bisa bergerak. Wanita itu terus melangkah mendekat, sampai akhirnya berdiri hanya beberapa meter di depannya.
“Apa yang kamu mau?” seru Reno, suaranya mulai bergetar.
Wanita itu berhenti, dan tiba-tiba tersenyum. Senyum yang dingin dan aneh, seolah-olah ia tahu sesuatu yang tidak diketahui Reno.
“Semua orang selalu lari… padahal, jejak kita tak pernah hilang,” bisiknya pelan.
Reno terdiam. Kata-kata itu menggema di pikirannya. Ia tidak tahu apa yang dimaksud wanita itu, tapi ada sesuatu yang membuatnya merenung. Seolah-olah wanita itu tidak hanya berbicara tentang dirinya, melainkan tentang masa lalu yang selama ini ia coba hindari.
Sekali lagi, suara klakson kereta terdengar dari kejauhan. Reno menoleh ke arah rel. Kereta akan segera melintas. Namun saat ia kembali memandang wanita itu, sosoknya sudah menghilang, tersapu oleh angin malam dan kabut dari kejauhan.
**
Reno terus memikirkan kejadian itu sepanjang malam. Ia tak bisa tidur, pikirannya terjaga oleh bayangan wanita di rel. Kata-kata yang diucapkan wanita itu terus terngiang di telinganya.
Esok paginya, Reno memutuskan untuk kembali ke tempat itu. Ia tidak ingin terus dihantui oleh sosok misterius tersebut. Ia ingin mencari jawaban, atau setidaknya memastikan bahwa semua ini hanya permainan pikirannya.
Saat ia sampai di rel kereta, suasana tampak berbeda. Ada keramaian di sekitar perlintasan, orang-orang berkumpul, berbicara dengan bisik-bisik. Reno merasa dadanya berdegup lebih kencang. Ia berjalan mendekat, mencoba mencari tahu apa yang terjadi.
“Katanya ada yang kecelakaan semalam,” bisik seorang pria tua di dekatnya. Reno tersentak. Ia mendekati kerumunan dan mendengar lebih banyak obrolan.
“Perempuan, katanya bunuh diri di rel ini. Tadi pagi mayatnya ditemukan di dekat sini,” tambah pria itu lagi. Reno merasa tubuhnya lemas. Hatinya mencelos saat ia mendengar cerita itu. Benarkah wanita yang ia lihat semalam adalah korban bunuh diri?
Langkah Reno terhenti di depan tempat wanita itu berdiri semalam. Ia memandang ke arah rel, mencoba membayangkan apa yang terjadi. Dan tiba-tiba, ia merasa bahwa semua itu lebih dari sekadar kebetulan. Jejak wanita itu mungkin memang tidak pernah hilang.
Namun di saat ia merasa dilingkupi oleh keseriusan situasi itu, suara tawa kecil terdengar dari arah kerumunan. Seorang bocah kecil, mungkin sepuluh tahun, berlari-lari sambil menunjuk ke arah Reno.
“Bang! Bang! Itu yang kemarin kan? Hehe, serem amat, kayak di TV!”
Daftar prediksi togelhttps://tulamben.desa.id/data/ Terpercaya
Daftar prediksi togelsitus toto login Terpercaya
dari muka dunia, hilang kau dari muka bumi
dari muka dunia, sampai jumpa dari muka bumi
Takipçi artırma ipuçları Google SEO stratejileri ile işimizi büyüttük. Ziyaretçi sayımız katlandı. http://royalelektrik.com/esenyurt-elektrikci/