Permainan Tradisional dan Sosok Gaib

5
(1)

Setelah beberapa menit berjalan, mereka akhirnya tiba di lapangan lagi. Namun, apa yang mereka lihat membuat mereka semua membeku di tempat. Darto terlihat sedang berbicara dengan sosok hitam besar yang tadi mengejutkan mereka. Tapi kali ini, suasana berbeda.

“Kok… Darto ngobrol sama hantu?” bisik Andi dengan mata melotot.

Mereka semua terdiam, bingung dan tak mengerti. Darto tampak santai, tidak terlihat takut sama sekali. Bahkan, ia terlihat seperti sedang tertawa kecil.

“Bang Darto…!” panggil Dimas dengan suara pelan.

Darto menoleh, tersenyum lebar, lalu melambaikan tangan ke arah mereka. “Eh, kalian balik lagi? Sini, sini! Gue kenalin nih,” katanya santai.

Teman-temannya saling pandang dengan raut bingung. Namun, karena penasaran, mereka mendekat perlahan. Sosok hitam besar yang tadi terlihat menyeramkan kini tampak lebih jelas. Begitu mereka dekat, tawa Darto semakin keras.

“Ternyata ini loh,” ujar Darto sambil menunjuk sosok di sampingnya.

Begitu mereka melihat lebih dekat, mereka baru menyadari sosok hitam besar yang tadi menakutkan itu bukanlah hantu. Itu hanya Pak Sarman, penjaga malam lapangan, yang tengah membawa karung berisi sampah daun-daun kering dari lapangan.

“Astaga, ternyata cuma Pak Sarman!” ujar Ucok sambil tertawa terbahak-bahak.

Semuanya langsung meledak dalam tawa, rasa takut yang tadi membebani mereka seketika lenyap. Darto tertawa paling keras. “Gue juga sempet takut setengah mati tadi. Tapi ternyata Pak Sarman lagi beres-beres, terus gue malah panik sendiri.”

Baca Juga:  Peron Stasiun Angke yang Tak Pernah Sepi

Pak Sarman, yang bingung melihat sekelompok bocah tertawa terbahak-bahak, hanya tersenyum kecil. “Lagian, malem-malem begini masih aja main di lapangan. Pulang gih, besok sekolah, kan?” ujarnya dengan nada setengah bercanda.

Mereka akhirnya membubarkan diri sambil masih terkikik. Darto menepuk punggung Ucok sambil berkata, “Kalau bukan gue yang nekat balik ke lapangan, lo pasti masih lari sampe rumah, Cok!”

Ucok yang masih menahan tawa menjawab, “Yah, namanya juga takut. Mana gue tahu kalo itu cuma Pak Sarman!” Mereka semua tertawa lagi, kali ini lebih lega, setelah ketegangan panjang yang ternyata hanya karena salah paham.

How useful was this post?

Click on a star to rate it!

Average rating 5 / 5. Vote count: 1

No votes so far! Be the first to rate this post.

Leave a Reply