“Kenapa… kamu… ke sini?” Suara perempuan itu akhirnya terdengar, pelan namun menghantam telinga Firdaus seperti gemuruh.
Firdaus tak bisa berkata apa-apa. Kakinya terasa berat, seperti tertancap di tanah, tidak bisa bergerak. Perempuan itu semakin mendekat, dan suara napasnya kini terdengar kasar dan menakutkan.
“Kamu… sudah… terlambat…” Suara itu semakin mengerikan, sementara perempuan itu kini berdiri tepat di hadapannya.
Firdaus menutup matanya, berusaha menahan rasa takut yang meluap-luap. Namun tiba-tiba, udara di sekitarnya berubah. Langit merah yang awalnya menciptakan suasana mencekam kini perlahan memudar, digantikan oleh langit kelabu yang tenang. Firdaus membuka matanya, dan sosok perempuan itu menghilang begitu saja.
Dengan napas terengah-engah, Firdaus meraba dadanya. Ia berusaha mengumpulkan kekuatan untuk keluar dari pabrik itu. Tanpa berpikir panjang, ia berlari secepat mungkin, meninggalkan ruangan kosong yang telah mengancamnya.
Ketika sampai di luar, ia mendapati beberapa warga berkumpul di depan pabrik. Wajah-wajah mereka tampak cemas, menatap langit yang kini kembali ke warna normal. Salah seorang warga mendekati Firdaus.
“Mas, tadi kamu ke dalam pabrik?” tanyanya.
Firdaus mengangguk lemah, tubuhnya masih gemetar. “Iya… ada perempuan tua di dalam… Dia… aneh…”
Warga itu saling pandang, kemudian salah satu dari mereka berbicara, “Pabrik itu sudah lama ditutup, Mas. Nggak ada yang pernah tinggal di sana sejak kecelakaan besar beberapa tahun lalu.”
Firdaus menatap mereka dengan bingung. “Kecelakaan apa?”
“Perempuan tua yang kamu lihat… dia korban kecelakaan itu,” jelas warga lainnya. “Sejak saat itu, arwahnya sering muncul kalau langit berubah merah. Pertanda malapetaka.” Firdaus hanya bisa terdiam, merasakan ketakutan yang tak terlukiskan.
kisah ini menceritakan kembali kejadian di masa lampau dan mengingatkan bahwasanya yang goib itu ada
cerita ini membuat merinding