Menentukan Fokus/Variabel, Rumusan Masalah, Pertanyaan Penelitian, dan Manfaat Penelitian
Dalam penelitian pendidikan, menentukan fokus atau variabel, merumuskan masalah, menyusun pertanyaan penelitian, serta mengidentifikasi manfaat penelitian adalah proses yang sangat penting. Keempat elemen ini saling berkaitan dan akan mempengaruhi keseluruhan arah penelitian, mulai dari pengumpulan data hingga analisis hasil. Dalam paparan ini, kita akan menguraikan langkah-langkah praktis dalam menentukan fokus atau variabel, merumuskan masalah, menyusun pertanyaan penelitian, serta mengidentifikasi manfaat penelitian dengan beberapa contoh konkret dalam konteks pendidikan dasar.
1. Menentukan Fokus atau Variabel Penelitian
Fokus atau variabel penelitian adalah bagian penting dalam penelitian ilmiah karena memberikan arah dan batasan yang jelas bagi peneliti. Variabel mengacu pada faktor atau elemen yang akan diukur atau diamati dalam penelitian. Dalam konteks pendidikan, variabel dapat berupa berbagai elemen seperti kinerja siswa, motivasi belajar, efektivitas metode pengajaran, dan sebagainya.
a. Fokus Penelitian
Fokus penelitian adalah area utama yang akan diteliti, yang dapat berupa subjek, masalah, atau topik tertentu. Memilih fokus yang tepat berarti memilih masalah yang penting dan relevan untuk dikaji. Dalam pendidikan dasar, beberapa contoh fokus penelitian adalah:
- Peningkatan keterampilan membaca pada siswa kelas awal
- Pengaruh penggunaan teknologi terhadap motivasi belajar siswa
- Hubungan antara metode pembelajaran kooperatif dan hasil belajar matematika
Tips Menentukan Fokus Penelitian:
- Identifikasi masalah yang penting dan relevan dalam konteks pendidikan.
- Baca literatur sebelumnya untuk menemukan kesenjangan penelitian yang belum terjawab.
- Pastikan fokus penelitian spesifik dan tidak terlalu luas.
b. Menentukan Variabel Penelitian
Dalam penelitian kuantitatif, variabel dibagi menjadi dua jenis utama:
- Variabel independen: variabel yang memengaruhi variabel lain. Misalnya, metode pembelajaran yang digunakan oleh guru.
- Variabel dependen: variabel yang dipengaruhi oleh variabel independen, seperti hasil belajar siswa.
Contoh Kasus: Jika penelitian ingin mengukur pengaruh penggunaan teknologi dalam pembelajaran terhadap motivasi belajar siswa, maka:
- Variabel independen adalah penggunaan teknologi.
- Variabel dependen adalah motivasi belajar siswa.
Fokus penelitian dan variabel penelitian adalah dua elemen kunci dalam proses penelitian, tetapi keduanya digunakan dalam konteks yang berbeda dan berfungsi untuk mencapai tujuan yang berbeda. Berikut penjelasan kapan kita menggunakan fokus penelitian dan kapan kita menggunakan variabel penelitian, disertai contoh kasus untuk memperjelas perbedaannya.
Fokus Penelitian: Kapan Digunakan?
Fokus penelitian digunakan ketika peneliti ingin mengarahkan perhatian pada area atau topik yang lebih luas dan masih bersifat umum. Fokus penelitian membantu menuntun peneliti untuk menjelajahi masalah tertentu dalam konteks yang lebih luas dan tidak selalu memerlukan pengukuran yang sangat spesifik. Fokus penelitian dapat mencakup banyak aspek seperti fenomena, subjek, atau tema yang ingin diteliti. Dalam penelitian kualitatif, fokus penelitian lebih sering digunakan karena penelitian jenis ini cenderung mengeksplorasi pengalaman, pandangan, atau perilaku yang kompleks tanpa harus memecahnya menjadi komponen-komponen terukur.
Contoh Penggunaan Fokus Penelitian:
Misalnya, seorang peneliti ingin mengetahui dampak penerapan kurikulum merdeka di sekolah dasar. Fokus penelitian dalam hal ini adalah “penerapan kurikulum merdeka di sekolah dasar” secara umum. Peneliti mungkin ingin memahami bagaimana guru mengimplementasikan kurikulum tersebut, bagaimana siswa merespons, serta tantangan dan peluang yang dihadapi sekolah dalam mengadopsinya.
Pada penelitian ini, peneliti belum menentukan variabel-variabel yang akan diukur secara spesifik. Fokusnya lebih pada mengeksplorasi keseluruhan fenomena penerapan kurikulum merdeka tanpa perlu membatasi ke dalam variabel yang terukur.
Contoh kasus:
- Fokus penelitian: “Bagaimana pengalaman guru dalam menerapkan kurikulum merdeka di sekolah dasar?”
- Dalam kasus ini, peneliti akan mengeksplorasi pengalaman guru secara umum, mencakup tantangan, kemudahan, serta cara mereka mengadaptasi kurikulum ini. Fokus penelitian ini luas dan tidak terbatas pada aspek-aspek spesifik yang dapat diukur.
Variabel Penelitian: Kapan Digunakan?
Variabel penelitian digunakan ketika peneliti ingin menguji hubungan antara elemen-elemen tertentu yang dapat diukur secara spesifik. Dalam penelitian kuantitatif, variabel digunakan untuk menjelaskan hubungan sebab-akibat atau korelasi antar elemen yang spesifik. Variabel terbagi menjadi dua jenis utama:
- Variabel independen (bebas): Variabel yang dianggap mempengaruhi variabel lain.
- Variabel dependen (tergantung): Variabel yang dipengaruhi oleh variabel independen.
Penggunaan variabel sangat tepat ketika penelitian mengharuskan adanya pengukuran yang jelas dan terstruktur, seperti dalam eksperimen atau survei. Dalam penelitian kuantitatif, variabel digunakan untuk menguji hipotesis tertentu dengan menggunakan data statistik.
Contoh Penggunaan Variabel Penelitian:
Misalnya, seorang peneliti ingin mengetahui pengaruh metode pembelajaran berbasis proyek terhadap hasil belajar matematika siswa kelas 5 SD. Dalam hal ini, peneliti telah mengidentifikasi dua variabel:
- Variabel independen: Metode pembelajaran berbasis proyek (metode yang diterapkan oleh guru).
- Variabel dependen: Hasil belajar matematika siswa (nilai yang diperoleh siswa setelah penerapan metode).
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur apakah penerapan metode pembelajaran berbasis proyek benar-benar meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran matematika.
Contoh kasus:
Variabel penelitian: “Apakah ada pengaruh metode pembelajaran berbasis proyek terhadap hasil belajar matematika siswa kelas 5 SD?”
Dalam kasus ini, peneliti telah memecah fokus penelitian menjadi variabel yang terukur, yaitu metode pembelajaran (variabel independen) dan hasil belajar siswa (variabel dependen). Penelitian ini akan menguji hubungan atau pengaruh antara kedua variabel tersebut.
Perbedaan dalam Penggunaan Fokus Penelitian dan Variabel Penelitian
Fokus penelitian digunakan untuk memahami suatu fenomena secara umum tanpa terlalu memperhatikan komponen-komponen terukur. Biasanya digunakan pada penelitian kualitatif yang bertujuan untuk mengeksplorasi atau memahami suatu topik secara mendalam.
Variabel penelitian digunakan dalam penelitian yang lebih terstruktur dan mengharuskan adanya pengukuran terhadap hubungan atau efek antar komponen yang terlibat. Biasanya diterapkan dalam penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk menguji hipotesis atau menentukan hubungan sebab-akibat.
Contoh Lebih Lanjut: Fokus Penelitian vs. Variabel Penelitian
Untuk memperjelas lebih jauh perbedaan antara fokus penelitian dan variabel penelitian, berikut adalah contoh lainnya:
Fokus Penelitian:
Topik: Pengaruh lingkungan sekolah terhadap perkembangan karakter siswa di SD
- Fokus penelitian ini luas dan memungkinkan peneliti untuk mengeksplorasi berbagai faktor yang mempengaruhi perkembangan karakter siswa di sekolah dasar. Misalnya, bagaimana interaksi sosial, disiplin, dan budaya sekolah memengaruhi perilaku siswa. Dalam penelitian ini, peneliti mungkin akan menggunakan metode kualitatif seperti wawancara, observasi, atau studi kasus untuk mendapatkan pemahaman mendalam tentang fenomena ini.
Pertanyaan penelitian:
- “Bagaimana sekolah membentuk karakter siswa di kelas rendah?”
- “Apa saja tantangan yang dihadapi guru dalam menanamkan nilai-nilai moral pada siswa sekolah dasar?”
Penelitian ini mungkin tidak langsung terukur secara numerik, melainkan lebih bersifat eksploratif.
Variabel Penelitian:
Topik: Hubungan antara penggunaan teknologi dalam pembelajaran dengan hasil belajar siswa di SD
- Pada kasus ini, penelitian bertujuan untuk menguji hubungan antara dua variabel yang terukur, yaitu penggunaan teknologi dan hasil belajar siswa. Metode kuantitatif seperti survei atau eksperimen biasanya digunakan untuk mengumpulkan data.
Variabel:
- Variabel independen: Penggunaan teknologi dalam pembelajaran.
- Variabel dependen: Hasil belajar siswa (dapat diukur dengan nilai ujian, keterampilan, atau kemampuan tertentu).
Hipotesis: “Penggunaan teknologi dalam pembelajaran akan meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA di kelas 6 SD.”
Peneliti mungkin akan mengumpulkan data numerik dari hasil ujian siswa dan membandingkannya dengan penggunaan teknologi di kelas.
Kapan Fokus Penelitian dan Variabel Penelitian Digunakan Bersama?
Ada situasi di mana peneliti memulai dengan fokus penelitian yang luas dan kemudian secara bertahap memecahnya menjadi variabel penelitian untuk diuji lebih lanjut. Sebagai contoh:
- Fokus penelitian: Peneliti tertarik pada bagaimana teknologi memengaruhi pembelajaran siswa di sekolah dasar.
- Setelah melakukan tinjauan literatur dan observasi, peneliti menemukan bahwa metode pembelajaran tertentu, seperti penggunaan tablet, tampaknya memengaruhi motivasi dan hasil belajar siswa.
- Variabel penelitian: Penggunaan tablet dalam pembelajaran (variabel independen) dan motivasi belajar serta hasil belajar siswa (variabel dependen).
Pada awalnya, peneliti memulai dengan fokus penelitian yang luas untuk mengeksplorasi fenomena, tetapi kemudian mempersempit fokus tersebut menjadi variabel-variabel yang terukur untuk melakukan pengujian lebih lanjut.
2. Merumuskan Masalah Penelitian
Setelah menentukan fokus dan variabel, langkah berikutnya adalah merumuskan masalah penelitian. Masalah penelitian merupakan pertanyaan utama yang ingin dijawab oleh peneliti melalui studi yang dilakukan. Merumuskan masalah yang jelas dan fokus sangat penting karena akan membimbing arah penelitian dan menentukan metode pengumpulan data yang sesuai.
a. Ciri-ciri Rumusan Masalah yang Baik
Rumusan masalah yang baik harus:
- Jelas dan spesifik: Masalah harus dirumuskan secara jelas sehingga tidak menimbulkan ambiguitas.
- Realistis: Masalah harus dapat diselidiki dalam keterbatasan waktu dan sumber daya yang tersedia.
- Relevan: Masalah yang dirumuskan harus memiliki relevansi dalam bidang pendidikan, baik secara teoretis maupun praktis.
b. Contoh Rumusan Masalah
Berikut ini adalah contoh rumusan masalah dalam konteks penelitian pendidikan dasar:
- Bagaimana pengaruh penggunaan teknologi terhadap motivasi belajar siswa kelas 5 SD di daerah pedesaan?
- Apakah metode pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika di kelas 4 SD?
3. Menyusun Pertanyaan Penelitian
Pertanyaan penelitian merupakan pernyataan spesifik yang ingin dijawab dalam penelitian. Pertanyaan ini harus berkaitan langsung dengan masalah penelitian yang telah dirumuskan sebelumnya. Penting untuk memastikan bahwa pertanyaan penelitian dapat dijawab dengan data yang akan dikumpulkan, baik melalui observasi, wawancara, kuesioner, atau metode lainnya.
a. Jenis-jenis Pertanyaan Penelitian
Terdapat dua jenis pertanyaan penelitian yang sering digunakan:
- Pertanyaan deskriptif: Fokus pada deskripsi atau gambaran dari fenomena tertentu. Contohnya, “Bagaimana tingkat motivasi belajar siswa setelah diterapkan penggunaan teknologi dalam pembelajaran?”
- Pertanyaan eksplanatori: Fokus pada mencari hubungan sebab-akibat antara dua variabel. Contohnya, “Apakah penggunaan teknologi dalam pembelajaran meningkatkan motivasi belajar siswa?”
Contoh Kasus: Jika fokus penelitian adalah tentang pengaruh metode pembelajaran kooperatif, pertanyaan penelitian yang dapat disusun antara lain:
- Bagaimana penerapan metode pembelajaran kooperatif di kelas 4 SD?
- Apakah terdapat hubungan antara penerapan metode pembelajaran kooperatif dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika di kelas 4 SD?
Pertanyaan-pertanyaan ini kemudian akan dijawab berdasarkan data yang dikumpulkan dari siswa dan guru.
Penjelasan lebih lanjut mengenai penyusunan pertanyaan penelitian
Menyusun pertanyaan penelitian merupakan langkah penting dalam merancang suatu penelitian, karena pertanyaan penelitian menentukan arah dan pendekatan penelitian tersebut. Terdapat dua pendekatan utama dalam menyusun pertanyaan penelitian: pendekatan kualitatif dan pendekatan kuantitatif. Kedua pendekatan ini memiliki perbedaan dalam tujuan, cara pengumpulan data, dan analisis, sehingga format dan fokus pertanyaan penelitiannya pun berbeda.
1. Pendekatan Kualitatif
Pendekatan kualitatif bertujuan untuk memahami makna, pengalaman, atau pandangan yang lebih mendalam tentang suatu fenomena. Penelitian kualitatif bersifat eksploratif dan sering kali digunakan ketika peneliti ingin mempelajari suatu fenomena dalam konteks alamiah dan dalam perspektif orang-orang yang terlibat.
Pertanyaan penelitian kualitatif biasanya bersifat terbuka dan bertujuan untuk menggali pengalaman, persepsi, atau interaksi. Pertanyaan ini memungkinkan peneliti untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang suatu fenomena tanpa membatasi responden pada pilihan jawaban yang sudah ditentukan. Selain itu, pertanyaan ini sering kali difokuskan pada bagaimana dan mengapa sesuatu terjadi.
Ciri-ciri Pertanyaan Penelitian Kualitatif:
- Fokus pada eksplorasi makna, pengalaman, dan proses.
- Tidak mencari hubungan sebab-akibat yang spesifik, melainkan pemahaman yang lebih luas.
- Menggunakan bahasa yang terbuka dan fleksibel.
- Sering dimulai dengan kata “Bagaimana” atau “Mengapa”.
Contoh Pertanyaan Penelitian Kualitatif:
Misalnya, seorang peneliti ingin mengeksplorasi bagaimana guru SD di daerah pedesaan memotivasi siswa dalam pembelajaran daring selama pandemi.
Pertanyaan penelitian kualitatif:
“Bagaimana pengalaman guru sekolah dasar di pedesaan dalam memotivasi siswa mereka selama pembelajaran daring pada masa pandemi COVID-19?”
Pada contoh ini, pertanyaan penelitian difokuskan pada pengalaman dan pemahaman guru dalam menghadapi situasi tertentu. Peneliti ingin tahu bagaimana guru memotivasi siswa mereka, dan dengan demikian pertanyaan ini bersifat terbuka, memungkinkan peneliti untuk menggali pengalaman pribadi dan cerita dari para guru.
Contoh Kasus:
Seorang peneliti ingin memahami bagaimana kurikulum merdeka diterapkan di sekolah-sekolah pedesaan dan bagaimana guru beradaptasi dengan perubahan tersebut. Pertanyaan penelitian kualitatif yang mungkin disusun:
- “Bagaimana guru di sekolah dasar pedesaan memahami dan menerapkan kurikulum merdeka dalam proses pembelajaran mereka?”
Dalam contoh ini, peneliti tidak mencari data kuantitatif atau statistik, melainkan pemahaman tentang adaptasi dan interpretasi guru terhadap kurikulum yang baru diterapkan.
2. Pendekatan Kuantitatif
Pendekatan kuantitatif bertujuan untuk menguji hipotesis atau menjawab pertanyaan yang mengandung hubungan antar variabel. Penelitian kuantitatif biasanya bersifat deskriptif atau eksplanatif, menggunakan metode yang terstruktur seperti survei, kuesioner, atau eksperimen. Peneliti mencari hubungan yang terukur antara variabel-variabel yang sudah ditentukan sebelumnya.
Pertanyaan penelitian kuantitatif cenderung bersifat terukur dan spesifik, mencari hubungan sebab-akibat atau korelasi antara variabel yang dapat diidentifikasi. Pertanyaan ini juga sering menggunakan kata “Apakah”, “Berapa banyak”, “Seberapa besar”, atau “Apakah ada hubungan antara…”.
Ciri-ciri Pertanyaan Penelitian Kuantitatif:
- Fokus pada pengukuran variabel-variabel spesifik.
- Berusaha menguji hipotesis atau melihat hubungan antar variabel.
- Menggunakan bahasa yang jelas dan terstruktur.
- Mengarah pada pengumpulan data numerik yang dapat dianalisis secara statistik.
Contoh Pertanyaan Penelitian Kuantitatif:
Misalnya, seorang peneliti ingin mengetahui apakah ada pengaruh penggunaan metode pembelajaran berbasis teknologi terhadap hasil belajar matematika siswa kelas 5 SD.
Pertanyaan penelitian kuantitatif:
“Apakah ada pengaruh signifikan antara penggunaan metode pembelajaran berbasis teknologi dengan hasil belajar matematika siswa kelas 5 SD?”
Pertanyaan ini sangat terfokus pada hubungan antara dua variabel, yaitu penggunaan metode berbasis teknologi (variabel independen) dan hasil belajar matematika siswa (variabel dependen). Peneliti akan mengumpulkan data numerik, seperti nilai ujian siswa, dan mengukur apakah ada pengaruh yang signifikan dari metode yang digunakan.
Contoh Kasus:
Seorang peneliti ingin menguji apakah pemberian tugas kelompok berdampak pada motivasi belajar siswa di kelas 6 SD.
Pertanyaan penelitian kuantitatif:
- “Apakah pemberian tugas kelompok berpengaruh secara signifikan terhadap motivasi belajar siswa kelas 6 SD?”
Pada penelitian ini, peneliti akan mengukur tingkat motivasi siswa sebelum dan sesudah tugas kelompok diberikan, dan data tersebut akan dianalisis secara statistik untuk melihat ada tidaknya hubungan yang signifikan.
3. Perbandingan Antara Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif
Aspek | Kualitatif | Kuantitatif |
Tujuan | Memahami pengalaman, makna, dan fenomena secara mendalam | Menguji hipotesis, melihat hubungan antar variabel |
Jenis pertanyaan | Terbuka, eksploratif | Spesifik, terukur |
Contoh pertanyaan | “Bagaimana…” “Mengapa…” | “Apakah ada pengaruh…” “Berapa besar hubungan…” |
Pengumpulan data | Wawancara, observasi, studi kasus | Survei, eksperimen, kuesioner |
Analisis data | Analisis tematik atau naratif | Analisis statistik, uji hipotesis |
Hasil penelitian | Pemahaman mendalam tentang konteks atau fenomena | Data numerik yang dapat diukur dan dianalisis secara statistik |
4. Langkah-langkah Menyusun Pertanyaan Penelitian untuk Kedua Pendekatan
a. Langkah-langkah Menyusun Pertanyaan Kualitatif:
- Identifikasi masalah yang ingin dieksplorasi: Tentukan fenomena yang ingin Anda pahami lebih dalam. Masalah yang dipilih sering kali berasal dari pengamatan atau literatur yang menunjukkan adanya celah atau kebutuhan untuk eksplorasi lebih lanjut.
- Tentukan konteks atau subjek penelitian: Pilih kelompok atau subjek yang ingin Anda teliti, misalnya guru, siswa, atau komunitas tertentu.
- Susun pertanyaan yang terbuka: Pastikan pertanyaan penelitian Anda memungkinkan responden memberikan jawaban yang lebih mendalam dan reflektif, bukan jawaban singkat.
b. Langkah-langkah Menyusun Pertanyaan Kuantitatif:
- Tentukan variabel-variabel penelitian: Identifikasi variabel yang akan diukur. Biasanya terdapat dua variabel utama: variabel independen (faktor yang mempengaruhi) dan variabel dependen (hasil yang diukur).
- Rumusan hipotesis: Buatlah hipotesis yang akan diuji dalam penelitian, seperti “Metode pembelajaran A akan meningkatkan hasil belajar dibandingkan metode pembelajaran B.”
- Susun pertanyaan yang terukur: Pastikan pertanyaan penelitian memungkinkan Anda mengukur hubungan antar variabel dengan menggunakan data kuantitatif.
4. Manfaat Penelitian
Setelah menyusun pertanyaan penelitian, langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi manfaat penelitian. Manfaat penelitian adalah hasil atau kontribusi positif yang diharapkan dari penelitian yang dilakukan. Manfaat dapat dibagi menjadi dua kategori:
- Manfaat teoretis: Kontribusi penelitian terhadap pengembangan ilmu pengetahuan, teori, atau konsep.
- Manfaat praktis: Kontribusi langsung bagi praktik pendidikan, kebijakan, atau kegiatan sehari-hari di sekolah.
a. Manfaat Teoretis
Penelitian yang baik harus memberikan kontribusi terhadap pengembangan teori dalam bidang pendidikan. Sebagai contoh, penelitian tentang metode pembelajaran kooperatif dapat memperkuat teori bahwa pembelajaran berbasis kerjasama meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa.
b. Manfaat Praktis
Manfaat praktis penelitian adalah solusi konkret yang dapat diterapkan di lapangan. Misalnya, penelitian tentang penggunaan teknologi dalam pembelajaran dapat memberikan rekomendasi kepada sekolah-sekolah dasar di daerah terpencil untuk meningkatkan akses dan kualitas pembelajaran melalui teknologi.
c. Contoh Manfaat Penelitian
- Manfaat Teoretis: Penelitian ini diharapkan dapat menambah literatur terkait efektivitas metode pembelajaran kooperatif dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada tingkat pendidikan dasar.
- Manfaat Praktis: Penelitian ini dapat memberikan masukan bagi guru untuk mengimplementasikan metode pembelajaran kooperatif sebagai strategi yang efektif dalam meningkatkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran matematika.
- Manfaat Sosial: Penelitian ini dapat memberikan rekomendasi bagi pembuat kebijakan pendidikan untuk mengintegrasikan teknologi lebih efektif di sekolah dasar, terutama di daerah pedesaan.
2. Signifikansi Penelitian
Signifikansi penelitian menjawab pertanyaan “Mengapa penelitian ini penting?” atau “Mengapa orang harus peduli?”. Signifikansi tidak hanya menyatakan manfaat penelitian, tetapi juga berfokus pada relevansi penelitian terhadap masalah yang lebih besar, baik dari sudut pandang teoretis, praktis, maupun sosial.
Signifikansi penelitian sering kali berhubungan dengan tiga aspek berikut:
- Relevansi terhadap isu kontemporer: Apakah penelitian ini berkaitan dengan masalah yang sedang hangat dibicarakan atau dihadapi oleh masyarakat saat ini? Misalnya, penelitian yang membahas tentang digitalisasi pendidikan di masa pandemi.
- Keterlibatan pihak-pihak terkait: Apakah hasil penelitian ini dapat digunakan oleh pihak tertentu untuk membuat keputusan atau kebijakan penting? Misalnya, apakah penelitian ini akan membantu para pendidik, orang tua, atau pemerintah dalam mengambil langkah yang tepat?
- Kontribusi terhadap perkembangan ilmu: Apakah penelitian ini membuka jalan bagi penelitian selanjutnya atau memberikan temuan baru yang belum pernah dikaji sebelumnya? Signifikansi di sini juga menyangkut apakah penelitian memperkenalkan teori, model, atau konsep baru.
Contoh Signifikansi Penelitian:
Jika kita mengambil contoh penelitian tentang penerapan metode pembelajaran berbasis teknologi di sekolah dasar, signifikansinya bisa dirumuskan sebagai berikut:
- Penelitian ini signifikan karena:
- Mengisi kesenjangan dalam literatur tentang metode pembelajaran berbasis teknologi di sekolah dasar, yang masih kurang banyak diteliti.
- Mampu memberikan wawasan baru kepada para guru dalam meningkatkan kualitas pengajaran melalui teknologi.
- Dapat membantu pemerintah dalam merumuskan kebijakan untuk mempercepat transformasi digital dalam dunia pendidikan, terutama di daerah yang belum terjangkau teknologi.
3. Langkah-langkah Mengidentifikasi Signifikansi Penelitian
Untuk mengidentifikasi signifikansi penelitian, Anda perlu mengikuti beberapa langkah penting:
a. Identifikasi Permasalahan yang Sedang Terjadi:
Pertama-tama, tentukan masalah apa yang ingin Anda teliti dan mengapa masalah tersebut penting untuk dipecahkan. Masalah yang relevan dan signifikan biasanya berkaitan dengan kebutuhan yang mendesak di masyarakat, baik secara lokal maupun global.
- Contoh: Di era digital saat ini, banyak sekolah dasar di daerah terpencil yang belum memiliki akses ke teknologi, sehingga metode pembelajaran berbasis teknologi sulit diterapkan.
b. Cari Kesenjangan dalam Literatur atau Praktik:
Cobalah untuk menemukan area di mana ada kekurangan penelitian atau pemahaman yang belum cukup dalam literatur atau praktik. Kesenjangan ini menjadi celah yang bisa diisi oleh penelitian Anda.
- Contoh: Walaupun banyak penelitian yang dilakukan tentang penggunaan teknologi dalam pendidikan, penelitian tentang bagaimana teknologi diterapkan di sekolah dasar di daerah terpencil masih sangat terbatas.
c. Tentukan Pihak yang Terkait dan Terpengaruh:
Identifikasi siapa saja yang akan merasakan dampak dari hasil penelitian Anda, baik dalam bidang akademik, praktis, maupun sosial. Pihak-pihak tersebut bisa berupa para ahli, pengambil kebijakan, praktisi, atau masyarakat umum.
- Contoh: Hasil penelitian ini tidak hanya relevan bagi para guru, tetapi juga bagi pemerintah dan lembaga non-pemerintah yang berupaya mengatasi kesenjangan teknologi di sekolah-sekolah pedesaan.
d. Evaluasi Kontribusi Potensial:
Selanjutnya, pertimbangkan apa yang akan ditambahkan oleh penelitian Anda ke dalam pengetahuan yang sudah ada atau bagaimana penelitian ini dapat membawa perubahan dalam praktik nyata.
- Contoh: Penelitian ini akan memberikan model penerapan teknologi yang lebih sesuai dengan kondisi sekolah-sekolah pedesaan, yang dapat menjadi panduan bagi guru-guru dan pengambil kebijakan.
4. Langkah Merumuskan Signifikansi Penelitian dalam Sebuah Kalimat
Setelah mengidentifikasi signifikansi penelitian, Anda perlu merumuskannya dengan jelas dan padat. Berikut langkah-langkah untuk memformulasikan signifikansi penelitian dalam satu atau beberapa kalimat:
a. Mulai dengan Menyebutkan Masalah Utama:
Nyatakan dengan jelas masalah utama yang akan diteliti, serta mengapa masalah ini penting.
- Contoh: “Di era digital saat ini, sekolah-sekolah dasar di daerah pedesaan masih menghadapi tantangan besar dalam mengadopsi teknologi untuk proses pembelajaran.”
b. Jelaskan Kontribusi Penelitian:
Sebutkan bagaimana penelitian Anda akan berkontribusi untuk mengatasi masalah tersebut atau menambahkan pemahaman baru dalam literatur.
- Contoh: “Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi model penerapan teknologi yang dapat disesuaikan dengan kondisi sekolah dasar di daerah terpencil, serta memberikan rekomendasi bagi guru dan pengambil kebijakan.”
c. Nyatakan Dampak yang Lebih Luas:
Terakhir, jelaskan dampak lebih luas dari penelitian Anda, baik secara teoretis, praktis, maupun sosial.
- Contoh: “Penelitian ini diharapkan dapat menjadi panduan bagi sekolah-sekolah pedesaan dalam menerapkan teknologi secara efektif, serta membantu pemerintah dalam merumuskan kebijakan yang lebih inklusif.”
Contoh Kalimat Signifikansi Penelitian:
“Penelitian ini penting karena mengisi kesenjangan dalam literatur tentang penerapan teknologi dalam pendidikan di sekolah dasar pedesaan. Hasil penelitian diharapkan dapat membantu guru untuk menerapkan teknologi secara efektif, dan memberikan rekomendasi bagi pemerintah dalam merumuskan kebijakan pendidikan yang lebih merata.”