Revising and Editing Skills

Revisi dan penyuntingan adalah langkah krusial dalam proses menulis yang bertujuan untuk menyempurnakan draf awal. Dalam tahap ini, penulis memperbaiki struktur, bahasa, serta keterpaduan ide agar tulisan menjadi lebih jelas, koheren, dan efektif. Sering kali, revisi dan penyuntingan melibatkan kolaborasi dengan pembaca lain melalui peer review, serta pengembangan keterampilan penyuntingan mandiri melalui self-editing.

Peer Review and Self-Editing Techniques

Proses revisi tidak hanya mengandalkan diri sendiri. Peer review adalah metode di mana sesama penulis atau teman sejawat memberikan masukan dan kritik terhadap tulisan. Ini berguna untuk mendapatkan sudut pandang baru dan memastikan bahwa pesan tulisan diterima dengan baik oleh pembaca lain.

Langkah-Langkah dalam Peer Review:

  1. Berikan Feedback Konstruktif: Fokuslah pada aspek-aspek utama seperti ide, struktur, dan alur tulisan. Berikan saran yang membangun dan hindari kritik yang hanya bersifat negatif.
    • Contoh Feedback: “Argumen dalam paragraf kedua sangat kuat, tapi mungkin bisa lebih jelas jika kamu tambahkan contoh spesifik.”
  2. Fokus pada Aspek Teknis: Selain ide dan argumen, peer review juga mencakup perbaikan tata bahasa, ejaan, dan penggunaan tanda baca.
  3. Pertimbangkan Perspektif Pembaca: Teman sejawat akan melihat tulisan dengan perspektif pembaca, sehingga masukan mereka penting untuk mengetahui apakah pesan yang ingin disampaikan sudah jelas.

Di sisi lain, self-editing atau penyuntingan mandiri adalah keterampilan yang perlu diasah oleh setiap penulis. Melalui self-editing, penulis belajar mengidentifikasi kesalahan atau ketidaksesuaian dalam tulisan mereka sendiri.

Baca Juga:  Final Project Presentations

Teknik Self-Editing:

  1. Baca Kembali dengan Jeda: Setelah menulis, istirahatlah sejenak sebelum memulai revisi agar pikiran lebih segar ketika membaca ulang tulisan.
  2. Gunakan Daftar Periksa (Checklist): Gunakan panduan yang mencakup aspek-aspek penting dalam penulisan, seperti kejelasan kalimat, konsistensi ide, dan kesesuaian struktur.
  3. Baca Tulisan dengan Suara Keras: Membaca tulisan dengan suara keras sering kali membantu menemukan bagian-bagian yang terdengar canggung atau tidak mengalir dengan baik.
    • Contoh: “Although the topic is clear, this sentence sounds too complicated. It might be better to break it into two sentences.”

Fun Fact: Penulis profesional sering menghabiskan lebih banyak waktu untuk mengedit dan merevisi daripada menulis draf awal. Bahkan novelis terkenal seperti Ernest Hemingway pernah berkata, “Penulisan yang bagus adalah menulis ulang.”

Reading Texts for Cohesion and Coherence

Keterpaduan (cohesion) dan koherensi (coherence) adalah dua elemen penting dalam tulisan yang menentukan bagaimana ide dan informasi dihubungkan serta disusun agar mudah dipahami oleh pembaca.

  • Kohesi berfokus pada bagaimana kalimat dan paragraf terhubung melalui penggunaan kata penghubung, kata ganti, dan repetisi kata kunci. Kohesi membantu membuat teks terasa seperti satu kesatuan.
    • Contoh Kohesi: The project was challenging. However, we managed to complete it on time.
  • Koherensi berhubungan dengan cara ide-ide dalam teks diorganisasikan secara logis. Tulisan yang koheren akan memiliki alur yang jelas, di mana setiap ide berkembang secara berurutan dan mudah diikuti pembaca.
    • Contoh Koherensi: First, we will discuss the advantages of renewable energy. Then, we will examine its challenges and limitations.

Tips Membaca Teks untuk Kohesi dan Koherensi:

  1. Periksa Transisi Antarparagraf: Pastikan ada transisi yang jelas antarparagraf, sehingga pembaca dapat mengikuti alur pemikiran dengan mudah.
    • Contoh Transisi: “On the other hand, while renewable energy is beneficial, it still faces certain obstacles.”
  2. Perhatikan Konsistensi Ide: Setiap paragraf harus berkontribusi pada argumen utama atau thesis statement. Hindari menyimpang dari topik utama.
  3. Periksa Keterkaitan Antar Kalimat: Gunakan kata penghubung atau referensi yang jelas agar pembaca dapat memahami bagaimana ide-ide saling terkait.
Baca Juga:  Descriptive Writing and Visual Literacy

Fun Fact: Banyak teks akademik menggunakan kata penghubung dan kalimat transisi secara konsisten untuk meningkatkan kohesi. Penelitian menunjukkan bahwa penggunaan transisi yang efektif meningkatkan pemahaman pembaca.

Revising Essays for Clarity and Flow

Meninjau esai untuk memastikan kejelasan (clarity) dan aliran (flow) adalah bagian penting dari revisi. Kejelasan memastikan bahwa setiap kalimat dan paragraf dapat dipahami oleh pembaca, sementara aliran berfokus pada kelancaran transisi antaride.

Langkah-Langkah Revisi untuk Kejelasan:

  1. Sederhanakan Kalimat yang Kompleks: Periksa apakah ada kalimat yang terlalu panjang atau rumit, dan cobalah untuk memecahnya menjadi kalimat yang lebih sederhana dan langsung.
    • Kalimat Rumit: “Due to the fact that renewable energy has numerous benefits for both the environment and society as a whole, it should be adopted widely.”
    • Kalimat Disederhanakan: “Renewable energy benefits both the environment and society, so it should be widely adopted.”
  2. Hindari Jargon atau Istilah Teknis yang Tidak Perlu: Pastikan bahasa yang digunakan sesuai dengan audiens dan tidak terlalu teknis kecuali memang diperlukan.

Tips untuk Memastikan Aliran yang Baik:

  1. Perhatikan Penggunaan Transisi: Transisi yang baik antar kalimat dan paragraf membantu menjaga kesinambungan ide.
  2. Jaga Konsistensi dalam Tenses: Perhatikan penggunaan tense agar tetap konsisten sepanjang esai.
  3. Susun Argumen dengan Logis: Setiap paragraf harus mengalir secara alami dari paragraf sebelumnya, membentuk alur pemikiran yang jelas.
Baca Juga:  Bagian yang perlu diperhatikan dalam penulisan Bab 1 Penelitian

Fun Fact: Proses revisi sering disebut sebagai “crafting” karena ibarat seni, revisi membutuhkan kepekaan dalam menyusun kembali tulisan untuk mencapai hasil akhir yang terbaik. Beberapa penulis bahkan mengatakan bahwa menulis sejati adalah “seni mengedit.”

Leave a Reply