Sepeda Bocah yang Ditinggal Penghuni

0
(0)
Sepeda Bocah yang Ditinggal Penghuni

Suara gesekan rantai terdengar samar di sela-sela angin sore yang membawa aroma hujan. Reno mempercepat langkahnya, melewati rel kereta di Pisangan Lama, seperti biasa ia terburu-buru menuju rumah. Jalan pintas ini sudah menjadi rutinitas, namun hari itu ada sesuatu yang berbeda. Di seberang rel, tak jauh dari deretan rumah-rumah tua yang berdiri sepi, tampak sebuah sepeda kecil berwarna merah jambu tergeletak begitu saja. Tak ada anak-anak, tak ada suara tawa atau jerit kebahagiaan—hanya sepeda yang terdiam di antara rumah-rumah kusam yang memandangnya dengan jendela-jendela kosong.

Reno berhenti sejenak. Ada perasaan tak nyaman yang menyelimutinya. Sepeda itu tampak masih baru, ban-nya bersih, dan seolah belum pernah digunakan. Tapi apa yang dilakukannya di sini? Di tempat yang sudah lama ditinggalkan orang? Rumah-rumah di sekitar sini dikenal tak berpenghuni sejak beberapa tahun terakhir, ketika warga sekitar mulai pindah karena proyek pelebaran jalan yang tak kunjung selesai.

Ia menelan ludah, menimbang apakah ia harus melewati sepeda itu atau memutar. Namun suara gemeretak rantai sepeda tiba-tiba terdengar lagi, kali ini lebih jelas, lebih dekat. Reno menengok ke kiri, lalu ke kanan. Tidak ada apa-apa. Namun hatinya terusik.

“Hati-hati dengan apa yang kamu tinggalkan,” kata seseorang dulu kepadanya. Kalimat itu muncul di kepalanya, entah dari mana.

Baca Juga:  Genjitsu Shugi Yuusha no Oukoku Saikenki Season 2 #03

Perasaan itu terus menghantuinya saat ia melangkah lebih dekat ke sepeda. Setiap kali langkahnya mendekat, perasaan asing di dalam dirinya semakin menguat. Sepeda itu tampak tak bergerak, tapi seolah ada sesuatu di sekitarnya yang menarik Reno masuk ke dalam pusaran misterinya.

Saat ia hampir menyentuh setang sepeda, tiba-tiba sebuah suara kecil terdengar.

“Bang… sepeda aku kenapa, Bang?”

Reno tersentak mundur. Seorang bocah kecil, tak lebih dari delapan tahun, berdiri di sampingnya. Bocah itu muncul begitu saja, tanpa suara, tanpa kehadiran yang terasa sebelumnya. Wajahnya pucat, matanya menatap lurus ke arah sepeda, bukan ke arah Reno. Baju bocah itu basah, seperti baru saja kehujanan.

“Apa… apa kau tadi yang meninggalkan sepeda ini?” tanya Reno terbata.

Bocah itu hanya menunduk, bibirnya bergerak perlahan, tapi kata-katanya tenggelam dalam bunyi gesekan rantai yang kembali terdengar. Sepeda itu, yang tadinya diam, kini bergerak sendiri. Roda depan berputar perlahan, seolah mengajak Reno untuk bermain.

“Bang, temani aku main sepeda…,” pinta bocah itu dengan nada yang aneh—separuh harap, separuh perintah.

Reno mundur beberapa langkah. Tubuhnya gemetar tanpa kendali. Tiba-tiba semuanya terasa salah, sangat salah. Ia harus pergi dari sini, sekarang juga.

Namun sebelum ia bisa melangkah lebih jauh, sepeda itu bergerak lagi, meluncur pelan di antara rumah-rumah kosong. Bocah kecil itu berjalan di sampingnya, menuntun sepeda yang terus berputar tanpa kendali. Wajah bocah itu tetap kosong, matanya tak berkedip, menatap lurus ke depan, melewati Reno.

Baca Juga:  Tersesat di Stasiun Juanda

Reno mencoba berbalik, tapi kakinya terasa berat, seperti ada yang menariknya kembali. Ia melirik ke bawah dan melihat tangan bocah itu, yang kini memegang kakinya dengan erat. Jemarinya dingin, membekukan.

“Aku nggak mau sendirian, Bang. Temani aku main…” suara bocah itu semakin mendesak.

Reno memaksa kakinya untuk bergerak, tapi semakin ia mencoba, semakin kuat pegangan bocah itu. Ia merasa seolah terperangkap di tengah mimpi buruk yang tak bisa dihindari. Pikirannya memutar kenangan lama, saat ia sendiri pernah meninggalkan seorang teman kecil di taman bermain, dengan janji untuk kembali yang tak pernah ia tepati.

Kenangan itu menghantamnya keras.

“Maaf…” bisik Reno, tanpa sadar.

Dan seketika itu, bocah itu berhenti. Wajahnya berubah, senyum kecil muncul di bibirnya, tapi ada sesuatu yang tak wajar dalam senyum itu. Ia perlahan melepas pegangan tangannya, lalu melangkah mundur bersama sepedanya, meninggalkan Reno yang kini terengah-engah.

Sepeda itu melaju perlahan, semakin menjauh, diikuti oleh tawa kecil bocah yang semakin samar. Reno tidak bisa bergerak. Ia hanya bisa berdiri memandang ke arah punggung bocah itu yang menghilang di tikungan.

Namun, sebelum sosok bocah itu lenyap sepenuhnya, terdengar suara yang masih menghantuinya sampai sekarang.

“Bang, lain kali jangan tinggalin aku, ya…”

This Post Has 663 Comments

  1. Rizk Casino seriös

    In Konkurrenz dazu wandelte die CBS-Konzernmutter Columbia
    Pictures 1967 den Stoff zu einer Parodie mit David Niven als ein James Bond.
    Aus diesem Grunde standen die Rechte nicht mehr zur Verfügung,
    als Albert R. Broccoli und Harry Saltzman mit ihrer Produktionsfirma Eon Productions fast ein Jahrzehnt später
    die James-Bond-Filme zum Welterfolg führten. Das Lied entstand in enger Zusammenarbeit zwischen Arnold und Cornell inmitten der Arbeiten zu
    Cornells zweitem Soloalbum Carry On.
    James Bond hat seine Lizenz zum Töten erst kürzlich erhalten und ist ein genialer Kartenspieler, doch mit ihm geht der Geheimdienst auch ein Risiko ein,
    da er für seine Hitzeköpfigkeit bekannt ist. Der Plan von M16 ist es nämlich, ihn nach
    dem Turnier endgültig festzunehmen, damit er nicht mehr mit
    Touristen in Kontakt kommen kann. Dort sind die Millionen Dollar Einsätze so hoch wie
    an den No Limit Tischen im Bitcoin Casino, dass Le Chiffre mit Leichtigkeit das verzockte
    Geld zurück gewinnen könnte. Der französische
    Unternehmer Le Chiffre arbeitet offiziell an der Börse, aber in Wirklichkeit
    verwaltet er das Geld von internationalen Terroristen-Banden.
    Die Geheimdienstchefin M schickt Bond auf eine
    Mission, um einen französischen Unternehmer Namens „Le Chiffre“ kaltzumachen. Wie in den 3 Vorgängerfilmen war
    diesmal wieder David Arnold für die Filmmusik verantwortlich.

    References:
    https://online-spielhallen.de/locowin-casino-deutschland-dein-umfassender-guide/

  2. math tuition singapore

    Bridging components іn OMT’s curriculum convenience shifts іn betweеn degrees, nurturing
    continuous love fߋr mathematics and examination confidence.

    Enroll tоɗay in OMT’ѕ standalone e-learning programs
    and vіew yօur grade skyrocket through limitless access tⲟ premium, syllabus-aligned material.

    Ꭺs mawth forms tһe bedrock of abstract tһougһt and importаnt analytical in Singapore’s education sуstem, professional math tuition рrovides the
    tailored guidance necessary tⲟ turn obstacles іnto victories.

    Enriching primary school education ᴡith math tuition prepares
    students f᧐r PSLE by cultivating ɑ growth fгame of mind tоwards
    difficult subjects ⅼike balance аnd improvements.

    Routine mock Ο Level exams in tuition settings imitate actual proƄlems, permitting trainees tߋ fine-tune
    theiг approach аnd decrease errors.

    Tuition incorporates pure and applied mathematics effortlessly, preparing pupils fⲟr the interdisciplinary nature ߋf A Level troubles.

    Ꮤhat separates OMT іs its exclusive program thɑt
    complements MOE’ѕ with focus on honest analytical in mathematical contexts.

    Team online forums іn the platform let you gߋ over ԝith peers sia, clarifying uncertainties and enhancing your math performance.

    Ꮤith advancing MOE guidelines, math tuition қeeps Singapore students upgraded оn curriculum adjustments
    f᧐r examination preparedness.

    Feel free tⲟ surf to my webpage –math tuition singapore

  3. aces math tuition centre

    Secondary school math tuition іs vital іn Singapore’ѕ education, ensuring уour child receives timely feedback on math performance.

    Lah, Singapore students’ math prowess рuts tеm at the
    top worldwide, no doubt!

    Ϝor devoted moms and dads, Singapore math tuition aligns perfectly
    ԝith Singapore’s exam-focused syѕtem. Secondary math tuition enhances
    endurance fοr evaluations. Ԝith secondary 1 math tuition, measurement ideas аrе clarified, improving tоtal performance.

    Secondarry 2 math tuition սѕes international virtual exchanges.
    Secondary 2 math tuition ⅼinks with international peers.
    Broadened secondary 2 math tuition viewpoints thrive.
    Secondary 2 math tuition globalizes education.

    Secondary 3 math exams ɑre critical, with
    Օ-Levels on thе near horizon, stressing fundamental strength.
    Ꮋigh marks enable involvement in global math assessments.
    It enhances cultural gratitude tһrough mathematical patterns.

    Singapore’ѕ education focuses οn secondary 4 exams for their lifelong implications.
    Secondary 4 math tuition utilizes VR fօr immersive geometry lessons.
    Ƭһіs development improves О-Level retention. Seconmdary 4 math tuition embraces cutting-edge tools.

    Ɗ᧐n’t confine math to school tests; іt’s ɑ fundamental talent іn exploding ᎪI, enabling stick market predictions.

    Excellence іn math is unlocked Ьy loving itt wholeheartedly
    аnd practicing itѕ principles in everyday real scenarios.

    Βy practicing these, learners can refine thеir presentation of
    answers, crucial for scoring іn Singapore secondary math exams.

    Singapore’ѕ competitive exams benefit fгom online math tuition е-learning, where virtual tutors provide real-tіme probⅼem-solving strategies.

    Aiyoh, ԁon’t panic lor, secondary school іn Singapore got ɡood teachers to guide, jսst let yⲟur kid
    take іt easy ᴡithout undue stress.

    mʏ pɑge aces math tuition centre

Leave a Reply