Pak RW menggeleng, senyum di wajahnya semakin lebar. “Bukan hantu, Bang. Itu cuma si Mamat, bocah sebelah yang suka iseng. Dia sering pakai sarung buat menakut-nakuti orang yang lewat situ.”
Bambang terdiam, berusaha mencerna ucapan Pak RW. “Mamat? Bocah kecil itu?”
Pak RW mengangguk, masih tertawa kecil. “Iya, dia memang sering bikin orang ketakutan. Tapi itu cuma iseng. Sarungnya diayun-ayun, terus suaranya dibuat seram. Jangan dimasukin hati, Bang. Gitu-gitu, anaknya baik kok.”
Bambang terdiam, merasa wajahnya memerah. Rasa takut yang tadi menguasai dirinya perlahan-lahan berubah jadi rasa malu. Ia menggeleng-gelengkan kepala, menahan tawa yang akhirnya pecah. Ternyata, semua ketakutannya tadi hanya ulah seorang bocah yang iseng.
Pak RW ikut tertawa. “Ya sudahlah, Bang. Lain kali hati-hati kalau lewat situ malam-malam. Kalau ada bayangan aneh lagi, jangan takut. Mungkin cuma si Mamat lagi.”