Aryo tak menjawab, hanya menatap ibunya dengan pandangan kosong. Dia belum siap untuk menceritakan apa yang baru saja dialaminya. Tapi, ketika ia melangkah masuk ke dalam rumah, sebuah suara terdengar dari televisi yang sedang menyala.
“…berita pagi ini melaporkan adanya insiden aneh di pasar lokal, di mana beberapa warga mengaku melihat kain putih misterius yang melayang di sekitar pohon beringin tua. Namun, menurut salah satu pedagang, kain itu ternyata hanya…”
Aryo berhenti, matanya membelalak. Kain putih? Ia mendekat ke televisi, dan tepat di layar, terlihat wajah seorang pria tua yang tengah diwawancarai.
“Kain putih itu sebenarnya cuma kain bekas lap motor yang dibuang sembarangan,” kata pria tua itu sambil tertawa kecil. “Udah digosipin jadi hantu, padahal cuma ulah angin doang.”
Aryo merasa darahnya mendidih. Kain bekas lap motor? Apakah semua yang ia alami tadi hanya ilusi? Dadanya semakin panas, wajahnya merah padam.
Ibunya ikut tertawa melihat berita itu. “Makanya jangan kebanyakan dengerin cerita horor, Yo. Nanti kayak orang-orang di pasar itu, percaya sama hal-hal yang enggak-enggak.”
Aryo menunduk, merasa malu. Semua ketakutan yang ia rasakan tadi sepertinya hanya permainan pikirannya sendiri. Tapi tetap saja, saat malam tiba dan ia mencoba tidur, suara dari pohon beringin itu terus terngiang di telinganya.
“Aryo…” Ia menutup matanya rapat-rapat, berharap semua itu akan segera berlalu. Namun, di tengah keheningan malam, ia merasakan angin dingin yang familiar menyelinap ke dalam kamarnya.