Langit Merah, Pertanda Malapetaka

0
(0)

Langit merah tanda malapetaka

Langit malam itu berwarna merah pekat, bukan sekadar jingga matahari terbenam. Warga kampung yang tinggal di sekitar kawasan pabrik tahu, tempat Firdaus biasa bekerja, tak henti-hentinya membicarakan fenomena langit yang ganjil ini. Orang tua-tua di sana mulai berspekulasi, menghubungkan warna merah itu dengan pertanda buruk. Bagi Firdaus, yang selama bertahun-tahun hidup dengan berbagai keanehan di kampung itu, ini hanya salah satu cerita lain yang akan hilang tertiup angin.

Namun, malam itu sesuatu berbeda. Firdaus merasakan sesuatu di dalam dirinya yang mengusik. Langit merah yang melingkupi kampung membuat udara terasa tegang, seolah menunggu sebuah bencana datang. Saat ia memandangi langit dari jendela rumah kontrakannya yang sempit, suara lirih terdengar dari kejauhan. Terdengar seperti rintihan, namun terlalu samar untuk diabaikan.

Firdaus berdiri, mencoba menangkap arah suara itu. Suara yang awalnya seperti rintihan, kini terdengar lebih jelas, seperti orang yang sedang menderita, mungkin terluka. Suara itu berasal dari dekat pabrik tua yang sudah lama ditinggalkan.

Ia mengenakan jaket usangnya, lalu keluar dari rumah. Angin malam yang dingin menerpa wajahnya saat ia melangkah menuju arah suara itu. Setiap langkah yang diambil, semakin membuat jantungnya berdebar. Firdaus tak bisa menahan rasa penasaran yang membara dalam dirinya. Ia harus tahu dari mana suara itu berasal.

Baca Juga:  Cipinang: Suara dari Gudang Tua

Saat mendekati pabrik, suasana menjadi lebih mencekam. Bangunan tua yang dulunya ramai dengan aktivitas, kini terlihat kusam dan menyeramkan, hanya ditemani oleh bunyi-bunyi kecil dari hembusan angin. Pintu gerbang yang berkarat terbuka sedikit, seolah mengundang Firdaus untuk masuk.

Ia ragu sejenak, namun rintihan itu terus memanggilnya. Dengan tangan gemetar, Firdaus mendorong pintu gerbang dan melangkah masuk. Langkah kakinya berderap pelan di atas lantai pabrik yang berdebu dan retak. Suara itu kini terdengar lebih jelas, datang dari salah satu ruangan di sudut pabrik.

Firdaus menajamkan pendengarannya, lalu memutuskan untuk menuju sumber suara itu. Ruangan yang dimasukinya adalah ruang penggilingan tahu yang sudah tak lagi berfungsi. Mesin-mesin besar yang berkarat tampak sepi dan tak berdaya, seolah menyimpan cerita lama yang tak lagi diceritakan. Namun, suara rintihan itu terdengar makin dekat, seolah menunggu tepat di belakang dinding besar.

Dengan hati-hati, Firdaus mendekati dinding itu. Sebuah pintu tua terlihat menempel di dinding, meskipun sudah hampir terlepas dari engselnya. Firdaus meraih pegangan pintu yang dingin dan berkarat, lalu menariknya perlahan. Ketika pintu itu terbuka, ia langsung terdiam.

Di dalam ruangan kecil itu, seorang perempuan tua duduk membelakangi pintu. Tubuhnya gemetar, seolah kedinginan, sementara rintihannya terus terdengar. Firdaus merasa ada sesuatu yang tak beres, tetapi nalurinya menuntutnya untuk mendekat. Ia perlahan melangkah maju, berniat untuk bertanya.

Baca Juga:  Langkah Misterius di Stasiun Kalibata

“Bu…?” Suara Firdaus serak. “Ibu kenapa di sini?”

Perempuan tua itu tak menjawab, hanya tetap duduk dengan punggung bungkuknya menghadap Firdaus. Ia melangkah lebih dekat, tangannya hendak menyentuh bahu perempuan itu, namun sesuatu membuatnya berhenti. Udara di sekitarnya tiba-tiba terasa lebih dingin, jauh lebih dingin dari sebelumnya.

Tanpa disadari, Firdaus melihat bahwa bayangan tubuh perempuan itu tidak memantulkan cahaya sama sekali. Langit merah di luar seharusnya memberikan sedikit pantulan, namun perempuan itu tak menunjukkan bayangan apa pun di lantai. Firdaus menahan napas. Naluri bertahannya mendadak menyala, memerintahkan dirinya untuk mundur.

Namun, sebelum Firdaus sempat bergerak, perempuan itu tiba-tiba berbalik. Wajahnya yang pucat dan mata cekung menatap Firdaus dengan pandangan kosong. Bibirnya bergerak-gerak seolah mencoba mengatakan sesuatu, namun tidak ada suara yang keluar. Firdaus terpaku di tempatnya, tak mampu bergerak.

Tiba-tiba, perempuan itu berdiri, tubuhnya yang ringkih tampak melayang sedikit di atas tanah. Firdaus mundur perlahan, namun sosok itu mendekat, seakan-akan meluncur tanpa menggerakkan kakinya. Firdaus merasakan jantungnya berdetak cepat, seluruh tubuhnya gemetar.

How useful was this post?

Click on a star to rate it!

Average rating 0 / 5. Vote count: 0

No votes so far! Be the first to rate this post.

This Post Has 446 Comments

  1. IcoStamp website

    Substantially, the post is really the best on this laudable topic. I concur with your conclusions and will eagerly watch forward to your future updates.Just saying thanx will not just be enough, for the wonderful lucidity in your writing.

  2. I cannot thank you more than enough for the blogposts on your website. I know you set a lot of time and energy into these and truly hope you know how deeply I appreciate it. I hope I’ll do a similar thing person sooner or later.

  3. top online casino Canada

    I wanted to check up and let you know how, a great deal I cherished discovering your blog today. I might consider it an honor to work at my office and be able to utilize the tips provided on your blog and also be a part of visitors’ reviews like this. Should a position associated with guest writer become on offer at your end, make sure you let me know.

  4. Best American Healthcare University offers CNA certification training classes Online. Train from anywhere in California. Complete the 60 hour theory online and complete the 100 clinical hours in person in a skilled nursing facility. This program is state approved. Remember certification only comes after the student successfully passes the state exam. You only need your phone for the online class and a google chrome browser. A computer is great, but not necessarily needed. 951 637 8332. Enroll now at https://www.bestamericanhealthed.com/online-cna-program

Leave a Reply