
Takbiran di Ciledug selalu meriah. Jalanan penuh dengan konvoi bedug, bocah-bocah berlarian membawa petasan, dan suara takbir menggema dari setiap sudut gang. Malam itu, udara masih terasa gerah meskipun jam sudah menunjukkan pukul sebelas. Lampu-lampu warna-warni berkedip di depan rumah, menandakan Lebaran sudah di ambang pintu.
Tapi di balik gegap gempita malam takbiran, ada satu gang yang justru sepi. Gang sempit yang menghubungkan Pasar Lembang ke jalan utama. Biasanya ramai dilewati orang, tapi entah kenapa, malam itu seperti terabaikan. Hanya ada satu sosok yang berdiri di sana—seorang pria tua dengan sarung lusuh, peci hitam, dan wajah yang nyaris tak terlihat karena tertutup bayangan lampu jalan yang redup.
“Bang, kita lewat sini aja. Muter jauh kalau lewat jalan gede,” ujar Anton pada temannya, Jaka.
“Beneran, Ton? Kok gangnya kosong gitu?” Jaka ragu-ragu.
“Yaelah, paling orang-orang lagi pada konvoi. Lagian kita buru-buru mau nyari ketupat, kan?”
Mereka akhirnya masuk ke gang itu. Langkah mereka menggema di antara dinding rumah yang berdekatan. Sesekali suara petasan dari kejauhan terdengar memantul, menciptakan gema aneh.
Baru beberapa meter masuk, Anton tiba-tiba menepuk bahu Jaka. “Bro, lo liat itu gak?”
Jaka menoleh. Pria tua tadi masih berdiri di sana, tak bergerak, menatap mereka.
Anton menelan ludah. “Assalamu’alaikum, Pak…”
Tak ada jawaban.
Jaka mulai gelisah. “Udah, Ton, jalan aja.”
Baru mereka mau melangkah, pria tua itu tiba-tiba bicara, suaranya lirih namun jelas, seperti angin yang berdesir di antara rerimbunan.
“Sudah takbirannya?”
Anton dan Jaka saling pandang. “Eh, udah, Pak. Dari tadi rame banget,” jawab Anton, mencoba bersikap santai.
Pria itu tersenyum tipis. “Bagus… bagus… Tapi, anak-anak sekarang sering lupa.”
“Lupa apaan, Pak?” tanya Jaka tanpa pikir panjang.
Pria itu menghela napas pelan. “Lupa bahwa malam ini bukan cuma buat takbiran, tapi juga untuk mengingat siapa yang sudah pergi…”
Tiba-tiba, udara di sekitar mereka terasa lebih dingin. Anton merinding. “Pak… bapak ini siapa, ya?”
Pria itu tertawa kecil. “Aku? Aku cuma ikut takbiran… dari tahun ke tahun…”
Tanpa aba-aba, lampu di gang itu berkedip-kedip lalu mati total. Suasana jadi gelap gulita. Anton dan Jaka langsung berlari tanpa pikir panjang. Mereka nyaris tersandung batu, menabrak gerobak sampah, dan baru berhenti setelah sampai di ujung gang yang terang.
“GILA! SIAPA ITU?!” Anton terengah-engah.
Jaka gemetar sambil melirik ke belakang. “Gue gak mau tahu, yang penting kita udah keluar dari situ.”
Mereka menenangkan diri sebentar, lalu kembali berjalan menuju pasar. Tapi saat mereka melewati warung kopi, seorang bapak tua duduk santai sambil menyeruput kopi hitamnya. Melihat Anton dan Jaka ngos-ngosan, si bapak bertanya, “Kenapa, Nak? Dikejar setan?”
Anton dan Jaka saling pandang. “Pak, bapak tahu gak tadi ada orang tua berdiri di gang sepi belakang?”
Bapak itu mendadak terdiam. Matanya menyipit, lalu dia tersenyum. “Oh, itu… dia memang selalu ada tiap malam takbiran. Katanya, dulu dia suka ikut konvoi bedug, tapi meninggal ketabrak saat lari-larian…”
Anton dan Jaka langsung pucat.
“Tapi tenang, dia bukan hantu jahat. Dia cuma mau memastikan semua orang takbiran dengan khusyuk.”
Mereka melirik ke arah gang itu lagi, tapi sudah kosong. Tak ada siapa-siapa.
“Jadi… kita barusan takbiran bareng…” Jaka bergidik.
Bapak itu tertawa kecil. “Iya, nak. Selamat Idul Fitri, ya. Jangan lupa saling memaafkan.”
Selamat Idul Fitri 1446 H. Mohon maaf lahir dan batin!
Hey hey, reputable primary education builds toughness, ѕo your youngster ѡill
not crack under PSLE stress and progresses tо elite secondary schools.
Listen up, Ԁо not say I nevеr warn hor, excellent primary
develops drawing skills, f᧐r animation careers.
Listen սp, Singapore moms and dads, arithmetic
remɑins ρerhaps thе highly essential primary topic,
fostering imagination fоr challenge-tackling in groundbreaking
jobs.
Oһ dear, lacking strong math аt primary school, еven prestigious establishment children mіght stumble in next-level algebra, ѕo cultivate tһіs promptⅼy leh.
In аddition fгom institution facilities, focus oon mathematics tօ avoid typical errors ѕuch as careless errors in exams.
Оh, arithmetic acts ⅼike the groundwork block in primary
learning, aiding youngsters for spatial thinking tօ building paths.
Aiyo, witһⲟut strong arithmetic ⅾuring primary school,
no matter leading establishment youngsters mɑy stumble aat
secondary calculations, tһerefore build thіs immediately leh.
Tampines North Primary School ᥙseѕ a dynamic atmosphere supporting young students.
Ingenious programs һelp support positive people.
Haig Girls’ School empowers girls ᴡith stroong academic programs.
Тһe school promotes leadership аnd confidence.
Moms and dads choose it foг alⅼ-girls quality.
Feel free to visit mу web site :: geylang Methodist school (primary)
I am glad to be a visitor on this website!, regards for this rare information!
This article on Mind Vault is fascinating to see how it enhances focus and memory.
I’ve noticed a significant difference since I started using it!
What tips do you have for maximizing its effects?To know more at buy.mindvault-usa.com!
An intriguing discussion is worth comment. I believe that
you ought to publish more about this issue, it may not be a taboo subject but typically people don’t speak about such topics.
To the next! Cheers!!
before and after hgh
References:
genfx hgh releaser – https://molchanovonews.ru,
how much hgh do bodybuilders take
References:
2 iu hgh Bodybuilding; everest.ooo,
sytropin hgh ingredients
References:
hgh-x2 results [celebratebro.in]
hgh factor reviews
References:
hgh dosage iu bodybuilding, travelersqa.com,
hgh vs testosterone for fat loss
References:
how much hgh should a woman take (linkagogo.trade)
how much hgh should i take a day
References:
wieviel mg ist eine einheit hgh (https://lovebookmark.date/story.php?title=-anavar-100-tabl-%E2%80%93-10-mg-di-oxandrolone-per-compresse-anabolizzanti)