Kohesi dan Penanda Bahasa

0
(0)

Pengertian Kohesi
Kohesi merupakan aspek penting dalam analisis wacana yang menunjukkan bagaimana elemen-elemen dalam sebuah teks saling terhubung secara eksplisit. Kohesi bertumpu pada hubungan gramatikal dan leksikal antara kalimat atau bagian dalam teks, sehingga menciptakan alur yang logis dan terstruktur. Kohesi memastikan bahwa makna yang disampaikan oleh teks tidak terpecah-pecah, melainkan terpadu dan dapat dipahami secara utuh oleh pembaca atau pendengar.

Kohesi

Jenis-Jenis Kohesi
Kohesi dalam wacana dapat dibagi menjadi dua jenis utama:

  1. Kohesi Gramatikal
    Kohesi ini tercipta melalui penggunaan unsur-unsur gramatikal yang menyatukan elemen-elemen dalam teks. Kohesi gramatikal meliputi:
    • Referensi: Penggunaan kata untuk merujuk sesuatu yang telah disebutkan sebelumnya (anafora) atau yang akan disebutkan (katafora). Contoh:
      • “Siti membeli buku. Dia sangat menyukai buku itu.” (Dia merujuk pada Siti).
    • Substitusi: Penggantian satu elemen teks dengan elemen lain untuk menghindari repetisi. Contoh:
      • “Ali suka teh, tetapi Hasan lebih memilih itu.” (itu menggantikan “teh”).
    • Elipsis: Penghilangan unsur tertentu yang dapat dipahami dari konteks. Contoh:
      • “Saya membaca novel, dan Rani [membaca] puisi.”
    • Konjungsi: Penggunaan kata penghubung untuk mengaitkan ide-ide dalam teks. Contoh:
      • “Ia berusaha keras, namun gagal.”
  2. Kohesi Leksikal
    Kohesi ini terbentuk melalui hubungan semantik antar kata dalam teks. Beberapa bentuk kohesi leksikal adalah:
    • Repetisi: Pengulangan kata atau frasa untuk menegaskan makna. Contoh:
      • “Kebersihan itu penting. Kebersihan mencerminkan kepribadian seseorang.”
    • Sinonimi: Penggunaan kata yang memiliki makna sama atau hampir sama. Contoh:
      • “Ia sangat riang karena kabar baik itu. Wajahnya tampak gembira.”
    • Antonimi: Penggunaan kata yang memiliki makna berlawanan. Contoh:
      • “Siang berganti malam, terang berubah gelap.”
    • Hiponimi dan Hipernimi: Penggunaan kata dengan hubungan makna hierarkis. Contoh:
      • “Ia membawa bunga mawar dan melati.” (mawar dan melati adalah hiponim dari bunga).
    • Kolokasi: Penggunaan kata yang sering muncul bersama dalam konteks tertentu. Contoh:
      • “Makan nasi dengan lauk pauk.”
Baca Juga:  Basic Reading Techniques: Skimming and Scanning

Penanda Bahasa dalam Kohesi
Penanda bahasa adalah elemen linguistik yang berfungsi menghubungkan bagian-bagian teks secara eksplisit. Penanda ini membantu menciptakan kohesi dan mengarahkan pembaca atau pendengar untuk memahami hubungan antara ide-ide dalam teks. Beberapa jenis penanda bahasa dalam kohesi meliputi:

  1. Konjungsi
    Konjungsi merupakan penanda kohesi yang paling umum digunakan. Berdasarkan fungsi, konjungsi dapat dibagi menjadi:
    • Penambahan: dan, serta, juga. Contoh: “Dia membeli buku dan pensil.”
    • Pertentangan: tetapi, namun, melainkan. Contoh: “Ia rajin, tetapi hasilnya tidak memuaskan.”
    • Penyebab: karena, sebab, oleh karena itu. Contoh: “Ia terlambat karena bangun kesiangan.”
    • Waktu: ketika, sebelum, setelah. Contoh: “Ia pulang setelah menyelesaikan pekerjaannya.”
  2. Referensi Pronominal
    Pronomina seperti dia, mereka, ini, itu sering digunakan untuk menjaga kohesi. Contoh:
    • “Rani membeli sepatu baru. Itu sangat cocok untuknya.”
  3. Penghubung Leksikal
    Penggunaan sinonimi, antonimi, atau kolokasi juga berfungsi sebagai penanda bahasa untuk kohesi. Contoh:
    • “Ia menulis puisi di kertas biru. Tulisan itu sangat indah.”
  4. Pengulangan Kata atau Frasa
    Repetisi sering digunakan untuk menekankan ide atau menyambungkan bagian teks. Contoh:
    • “Kedisiplinan harus diterapkan. Kedisiplinan adalah kunci keberhasilan.”

Pentingnya Kohesi dalam Wacana
Kohesi merupakan salah satu aspek yang membedakan teks yang terorganisasi dengan baik dari kumpulan kalimat yang terpisah. Kohesi memudahkan pembaca atau pendengar untuk memahami hubungan antaride dalam teks, sehingga makna dapat tersampaikan secara efektif. Dalam konteks akademik, kohesi menjadi kunci dalam menulis esai, laporan, atau karya ilmiah, karena pembaca membutuhkan alur logis yang memandu pemahaman mereka.

Baca Juga:  Sejarah Filsafat Pendidikan dari Klasik hingga Modern

Hubungan Kohesi dengan Koherensi
Walaupun kohesi dan koherensi sering digunakan secara bergantian, keduanya memiliki perbedaan. Kohesi berfokus pada hubungan formal antar elemen teks, sedangkan koherensi berkaitan dengan logika dan keselarasan makna. Sebuah teks yang kohesif belum tentu koheren jika hubungan antaride di dalamnya tidak logis atau tidak relevan. Oleh karena itu, kohesi dan koherensi harus berjalan beriringan untuk menciptakan teks yang baik.

Kohesi adalah tulang punggung struktur teks yang terlihat secara eksplisit, sementara koherensi memberikan nyawa pada teks melalui hubungan makna yang logis dan intuitif. Pemahaman mendalam tentang kohesi dan penanda bahasanya adalah langkah awal dalam menghasilkan wacana yang komunikatif, persuasif, dan memikat.

How useful was this post?

Click on a star to rate it!

Average rating 0 / 5. Vote count: 0

No votes so far! Be the first to rate this post.

Leave a Reply